Muhammad Kecil


Muhammad SAW lahir dari seorang ibu keturunan Bani Zuhra bernama Aminah binti Abdul Manaf bin Zuhra. Sejak masih dalam kandungan ibundanya, Muhammad sudah ditinggal wafat ayahandanya, Abdullah bin Abdul Muttalib, dalam suatu perajalanan niaga ke negeri Syam, Suria. Jadilah Muhammad terlahir dan tumbuh sebagai anak yatim. Perihal nama Muhammad yang diberikan oleh datuknya, Abdul Muttalib, menjadi pertanyaan di kalangan kaumnya, karena nama itu tidak umum di kaum mereka. Beliau menginginkan cucunya menjadi orang yang terpuji. bagi Tuhan di langit dan makhluk-Nya di bumi.

Kebiasaan bangsawan di Mekkah setelah kelahiran keturunannya adalah menyerahkannya kepada wanita dari suatu kabilah untuk dirawat dan disusui. Wanita-wanita Bani Sa'ad mengharapkan hasil yang lumayan dari ayah si bayi, karena Muhammad kecil yang yatim tidak begitu diharapkan oleh meraka. Namun akhirnya, karena kehendak Allah, Halimah binti Abi Dhua'ib mau menyusui Muhammad. Subhanallah, atas kehendak Allah jua, sejak Muhammad diambil oleh Halimah, ia merasa banyak keberkahan Allah yang datang. Ternak kambingnya berbadan gemuk-gemuk dan susunya pun bertambah.

Hingga usia dua tahun Muhammad disusui Halimah dan diasuh oleh Syaima', putri Halimah. Muhammad kecil tumbuh besar dengan cepat dan menjadi anak yang sehat. Muhammad hanya sebentar dikembalikan pada ibundanya karena kemudian dibawa kembali oleh Halimah untuk dirawatnya kembali. Selain agar lebih matang, juga karena khawatir wabah Mekkah menyerangnya. Muhammad kembali menghirup udara pedalaman yang jernih dan bebas lebih lama, tidak terikat oleh suatu ikatan jiwa dan materi selama beberapa tahun kemudian.

Pada usia tiga tahun terjadi sesuatu yang kemudian menjadi cerita yang banyak dikisahkan orang : Pembedahan dada Muhammad oleh dua malaikat Allah. Ada beberapa versi tentang peristiwa pembedahan ini.

Dari Banu Sa'd Muhammad belajar mempergunakan bahasa Arab murni. Tahun-tahun yang penuh kenangan indah dan kekal di jiwanya. Kasih sayang dan hormatnya tercurah pada Halimah dan keluarganya. Hingga setelah Muhammad menikah dengan Khadijah, kasih sayang dan hormatnya tak pernah hilang.

Setelah lima tahun usianya, Muhammad dikembalikan dan dirawat di bawah kasih sayang ibunda, datuk, dan paman-pamannya. Sejak lahir, Muhammad sudah dicintai oleh datuknya, Abdul Muttalib. Ketika lahir dahulu, datuknya begitu gembira, seolah Muhammad menjadi pengganti putranya, Abdullah, yang telah meninggal. Jika datuk dan pamannya sedang berkumpul di seputar Ka'bah, didudukannya Muhammad disamping datuknya dan di depan paman-pamannya. Melihat kecintaan itu, paman-pamannya pun tak membiarkan Muhammad duduk di belakang.

Suatu waktu Muhammad dibawa oleh ibundanya dan ditemani oleh Ummu Aiman, budak perempuan yang ditinggalkan (dari) ayahnya dulu yang kemudian menjadi pengasuhnya, menemui saudara-saudara kakeknya dari pihak keluarga Najjar di Madinah. Dalam perjalanan itu pula ditunjukkan rumah tempat ayahnya wafat dulu. Perjalanan yang menjadi kisah penuh cinta pada Madinah sekaligus kisah penuh duka bagi orang yang ditinggalkan keluarganya, sebab ditengah pulangnya dari perjalanan itu, ibundanya pun wafat menyusul ayahandanya. Jadilah Muhammad kecil memikul beban hidup yang berat sebagai yatim piatu. Namun Allah Maha Pengasih dan Mahatahu akan hamba-Nya. Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman : "Bukankah engkau dalam keadaan yatim piatu? Lalu diadakan-Nya orang yang akan melindungimu? Dan menemukan kau kehilangan pedoman, lalu ditunjukkan-Nya jalan itu?". Dan kasih sayang datuknya, Abdul Muttalib selalu tercurah atas kehendak-Nya.

Atas kehendak Allah SWT pula, kasih sayang datuknya tidak dapat dirasakannya lebih lama. Di usia delapan puluh tahun. Abdul Muttalib meninggal sementara muhammad baru berusia delapan tahun. Betapa sangat sedih perasaan bocah yang mulia itu. Kenangannya bersama ibunda dan datuknya terus diingat, meskipun curahan kasih sayang itu masih mengalir dibawah asuhan pamannya, Abu Thalib. Kehendak Allah SWT yang menjadikan Abu Thalib sebagai orang yang melindunginya hingga masa kenabiannya. Perlindungan tiada henti hingga akhir hayatnya. [Tabloid MQ EDISI 8/TH.I/DESEMBER 2001]


0 komentar:

Post a Comment