Cinta Menebar dalam Sajak-Sajak Budi P. Hatees*

Terus terang, agak bingung juga ketika saya diminta membahas sajak-sajak Budi P. Hatees yang dibacakan dalam Bilik Jumpa Sastra malam ini, Jumat, 18 Agustus 2006. Lebih bingung lagi ketika saya menerima 30 sajak dalam manuskrip bertitel Mulak, Kumpulan Sedikit Puisi. Rencananya sih mau diterbitkan menjadi buku. Saya punya waktu dua hari untuk sedikit mengapresiasinya. Ya, sekadar mengapresiasi. Sebab, hendak mengkritik rasanya saya tak punya perangkat (semacam teori sastra) memadai untuk itu. Saya harus membatasi diri. Tidak semua sajak dapat saya jelajah secara detil.

Maka, saya hanya ingin melihat sebuah sisi: “cinta” dalam sajak-sajak Budi P. Hatees dalam manuskrip ini. Soalnya sederhana, saya membaca begitu banyak cinta bertebaran dalam manuskrip ini, meski terkadang cinta itu terasa getir. Ya, cinta yang getir.

Maaf, kalau saya pun ingin berbagi rasa soal yang mungkin dianggap sudah basi ini. Tapi, tidak juga. Lihat saja bagaimana penyair masih gemar mengolah cinta dalam syair-syairnya. Tak terkecuali Budi. Tak beda, saya juga. Hahaha….

Cinta, ah....

0 komentar:

Post a Comment